Forumterkininews.id, Jakarta – Dalam Sidang ke-45 Komite Warisan Dunia atau World Heritage Committe (WHC) di Riyadh, Arab Saudi pada 10-25 September 2023, UNESCO menetapkan Sumbu Filosofi Yogyakarta menjadi salah satu warisan dunia atau world heritage.
Duta Besar Republik Indonesia untuk Kerajaan Arab Saudi, Abdul Aziz Ahmad, mewakili Indonesia dalam sidang tersebut bersama beberapa pejabat dari Daerah Istimewa Yogyakarta.
“Kami menyampaikan terima kasih kepada UNESCO dan seluruh lapisan masyarakat, yang telah mendukung upaya pelestarian Sumbu Filosofi sebagai warisan dunia yang memiliki nilai-nilai universal yang luhur bagi peradaban manusia di masa kini dan mendatang,” ujar Sri Sultan, yang dikutip pada Jumat (22/9) melalui situs resmi jogjaprov.go.id.
Gubernur DIY Sri Sultan Hamengku Buwono X menyatakan, keberhasilan ini merupakan hasil kerja sama semua pihak dan merupakan penghargaan atas mahakarya Sri Sultan Hamengku Buwono I, sebagai pemrakarsa Sumbu Filosofi.
Sumbu Filosofi ini merupakan warisan budaya yang berfilosofi tinggi dan segala atributnya wajib lestari. Apa itu Sumbu Filosofi dan bagaimana sejarahnya?
Sejarah
Mengutip laman resmi kratonjogja.id, sejarah Sumbu Filosofi bermula pada tahun 1755. Di mana Sri Sultan Hamengku Buwono I atau Pangeran Mangkubumi mulai membangun Kota Yogyakarta. Perwujudan konsep tata ruang Kota Yogyakarta berasal dari proses perjalanan hidup Pangeran Mangkubumi. Sultan Hamengku Buwono I membangun Keraton Yogyakarta berdasarkan konsepsi Jawa yang mengacu pada bentang alam seperti gunung, laut, sungai dan daratan.
Prinsip utama yang dijadikan dasar pembangunan keraton oleh Sri Sultan Hamengku Buwono I adalah konsepsi Hamemayu Hayuning Bawono. Artinya adalah membuat bawono (alam) menjadi hayu (indah) dan rahayu (selamat dan lestari).
Sri Sultan Hamengku Buwono I mewujudkan konsep tersebut dengan Laut Selatan dan Gunung Merapi sebagai porosnya. Lokasi yang dibangun pun dekat dengan sumber mata air Umbul Pacethokan.
Meskipun sebenarnya, Laut Selatan, Keraton Yogyakarta, dan Gunung Merapi tidak berada dalam satu garis lurus yang persis. Oleh karena itu, ketiga poros tersebut disebut dengan sumbu imajiner.
Kemudian, sumbu nyata yang membentang utara selatan dalam satu garis lurus merupakan jalan yang menghubungkan Tugu Golong Gilig, Keraton Yogyakarta dan Panggung Krapyak.
Ketiga titik tersebut menggambarkan perjalanan siklus hidup manusia berdasarkan konsepsi Sangkan Paraning Dumadi atau asal dan tujuan manusia. Poros dari keraton hingga Tugu mencerminkan kewajiban Sultan untuk melindungi dan mengayomi rakyat.
Makna Tiga Titik
- Panggung Krapyak
Dari Panggung Krayak menuju keraton memiliki makna sebaga proses pendewasaan manusia. Panggung Krapyak letaknya kurang lebih dua kilometer dari Keraton Yogyakarta. Makna dari Panggung Krapyak sebagai awal kelahiran atau rahim. Filosofi Panggung Krapyak menuju utara menggambarkan perjalanan manusia sejak lahir, beranjak dewasa, menikah hingga melahirkan anak.
2. Keraton Yogyakarta
Kemudian, Keraton Yogyakarta berada di titik tengah memiliki makna kehidupan manusia yang telah mapan hingga dewasa.
3. Tugu Golong Gilig
Tugu Golong Gilig menuju Keraton Yogyakarta melambangkan perjalanan hidup manusia kembali menuju Sang Penciptanya (paraning dumadi). Arti Tugu Golong Gilig merupakan golonging cipta, rasa, Ian karsa untuk kembalinya manusia kepada Sang Pencipta.
Titik-titik tersebut merupakan kunci yang menghubungkan Kota Yogyakarta berkembang sebagai pusat pemerintahan, ekonomi, dan sosial. Sumbu filosofi tata Kota Yogyakarta bukan hanya sebagai simbol-simbol saja, namun juga digunakan sebagai kesadaran tentang makna kehidupan.