Forumterkininews.id, Jakarta – Suara generasi Z (gen Z) sebesar 46,8 juta orang akan memberi pengaruh di Pemilu 2024. Pesta demokrasi yang akan berlangsung 14 Februari 2024.
Badan Pusat Statistik (BPS) Indonesia menyebut berdasarkan hasil Sensus Penduduk tahun 2020 generasi-z adalah penduduk yang lahir tahun 1997-2012 dengan perkiraan usia saat ini 11-26 tahun.
Mereka pun kritis, termasuk saat pasangan calon presiden-calon wakil presiden (capres-cawapres) mengambil pengundian nomor urut.
Beberapa hari lalu di kantor pusat Komisi Pemilihan Umum (KPU) Menteng, pasangan capres-cawapres resmi mendapatkan nomor urut. Anies Baswedan-Muhaimin Iskandar mendapat nomor urut 1. Lalu, Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming nomor urut 2 serta Ganjar Pranowo- Mahfud MD nomor urut 3.
Curiga Sudah Dirancang
Jesica, sebagai pemilih muda menilai pengundian nomor urut ini sudah dirancang berdasarkan urutan nama yang digadang-gadang menjadi calon presiden.
“Lebih berdasarkan siapa duluan yang dideklarasikan sebagai capres pada saat itu sih atau berdasarkan siapa yang lebih awal tersorot namanya sebagai capres,” ungkapnya pada Forumterkininews.id, Rabu (15/11) petang.
Namun demikian, Arman, mahasiswa jurnalistik menilai sebaliknya. Ia mengimbau masyarakat agar yakin dengan pernyataan Ketua KPU Hasyim Asy’ari yang menepis rumor penentuan nomor urut capres-cawapres telah terdesain.
“Rumor terkait settingan tersebut kan sebenarnya muncul gara-gara pendukung dari masing-masing calon mengenakan atau menampilkan atribut-atribut dengan angka nomor urut tadi. Tapi, sejauh ini, masih spekulasi atau cocoklogi aja,” ujar Arman.
Di balik itu, ia pun khawatir terkait nilai kejujuran dalam Pemilu 2024. Terlihat dari adanya drama beberapa waktu belakangan.
Terkait pendukung menggunakan nomor urut sebelum penetapan KPU, Rivan berpendapat bahwa mereka telah mempersiapkan tiga nomor berbeda.
“Jika calonnya terpilih no urut 1, pakai nomor 1 yang sudah disiapkan. Kalau dapat 2 pakai nomor 2 yang sudah disiapkan,” kata Rivan.
Hal senada diungkapkan Hanif, seorang pegawai swasta. Hanif berpendapat kabar yang berhembus di masyarakat soal nomor urut 2 selalu menang dalam Pilpres 2024 merupakan cocokologi. Lalu, Hanif menilai pendesainan nomor urut capres tidak memengaruhi keterpilihan paslon.

Track Record Pasangan Calon Menjadi Acuan
Meski demikian, baik Jesica, Arman, Rivan, dan Hanif sepakat memilih pasangan calon presiden dan wakilnya berdasarkan track record.
“Menurut saya sudah jelas bahwa nomor urut itu ga bakal memengaruhi pasangan capres-cawapres bakal menang. Ya, Saya sih sebagai pemilih lebih ngeliat ke track record masing-masing paslon,” kata Jesica.
“Di Pemilu 2024 nanti, sebagian besar yang milih itu kebanyakan anak muda. Anak muda itu identik dengan sifat kritisnya. Lebih-lebih, ada peran dari media sosial yang secara ga langsung bikin banyak orang jadi melek terhadap isu-isu politik,” ungkap Arman.
Sementara, Rivan mengatakan unsur “klenik” juga menjadi alasan masyarakat untuk memilih capres-cawapres, khususnya di Pulau Jawa. Alasannya, pemilu saat ini terkonsentrasi di Pulau Jawa karena berpenduduk padat.
Merujuk daftar pemilih tetap oleh KPU, tercatat ada 115.384.664 pemilih di Pulau Jawa pada Pemilu 2024 dari total pemilih secara nasional yaitu sebanyak 204.807.222 orang.
Pengamat Soroti Nomor Urut Capres-Cawapres.
Pengamat politik dari Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Wasisto RaharjoJati mengungkap, tim pemenangan masing-masing pasangan calon (paslon) harus bisa menarasikan nomor tersebut sesuai dengan misi kampanye yang mereka usung.
“Hal tersebut juga merupakan upaya tuk menambah kepercayaan diri tiap paslon,” ujar Wasisto pada Forumterkininews.id, Rabu (15/11).
Nomor urut tiap pasangan, kata Wasisto, dapat menjadi identitas yang bisa mereka tonjolkan. Narasi tim pemenangan tiap paslon juga penting dalam memikat calon pemilih agar mendapat dukungan maksimal.
Lebih lanjut, Wasisto menilai tidak ada indikasi setingan dalam pengundian nomor urut capres. Kondisi tersebut hanya sebagai upaya menaikan tensi politik di tanah air.