Forumterkininews.id, Jakarta – Alat beserta media kampanye para kandidat Pemilu dan Pilpres 2024 sudah terlihat bertebaran di kanan dan kiri jalan. Mulai dari baliho yang sudah baris berbaris, umbul umbul pada tiang ataupun pohon, hingga poster- poster yang menempel pada dinding.
Walaupun musim kampanye Pilpres baru akan mulai pada 28 November mendatang, sejumlah kandidat nyatanya sudah duluan memasang atribut kampanye. Banyak dari mereka mencuri start hingga memasang atribut kampanye di tempat yang tidak seharusnya.
Soal itu, Pengamat Tata Kota, Nirwono Joga mengatakan Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu) harus tegas terhadap pelanggaran yang dilakukan para kandidat dan partainya.
“Bawaslu pusat hingga daerah harus berani tegas menertibkan seluruh baliho yang terpasang. Karena melanggar waktu kampanye yang belum mulai,” ujar Nirwono dalam keterangan resminya kepada Forumterkininews.id, Selasa (14/11).
Tak hanya itu, Nirwono juga menyarankan untuk memberikan sanksi berupa diskualifikasi kepada calon yang melakukannya. Karena hal tersebut adalah pelanggaran.
“Jika masih ada yang melanggar sebelum waktu resmi kampanye mulai, harus ada sanksi yang lebih tegas. Misal bisa didiskualifikasi jika terbukti dengan sengaja melanggar aturan kampanye dan pemasangan baliho tersebut,” terangnya.
Sosialisasi kampanye sehat
KPU dan Bawaslu kata Nirwono, juga harus bisa melakukan sosialisasi mengenai kampanye yang sehat. Tidak lagi menggunakan media baliho dan poster yang merusak keindahan lingkungan.
“KPU dan Bawaslu harus mengajak partai untuk memberi contoh berkampanye yang tertib (sesuai aturan), rapi (tidak merusak visual lanskap kota), dan ramah lingkungan (misal beralih ke digital ke platform media sosial, tidak
ada lagi baliho/poster yang menambah sampah kota” papar Nirwono.
Dengan kemajuan teknologi yang ada serta era digitalisasi, para partai harus memberikan inovasi terhadap kampanye yang akan berlangsung.
Masyarakat, lanjutnya, juga harus pandai memilih calon pemimpin yang akan datang. Salah satunya dengan melihat cara mereka berkampanye.
“Masyarakat juga diedukasi untuk peduli dan tidak memilih caleg/capres/partai yang masih saja berkampanye dengan cara lama. Yang tidak tertib, tidak rapi, tidak ramah lingkungan, dan tidak peduli masyarakat,” pungkasnya.

Baliho bikin resah
Tak hanya mengganggu pandangan mata, banyaknya baliho di pinggir jalan raya juga membuat resah warga. Salah satunya dirasakan masyarakat Kota Depok, Enrich Samuel. Ia menyuarakan keresahannya melalui media sosial Braiyo, kepada calon calon yang melakukan kampanye dengan media baliho, umbul umbul semacamnya.
Menurutnya, partai yang masih menggunakan cara tersebut dengan mengotori jalan tidak layak untuk mengikuti kampanye yang ada.
“Baliho partai yang ada dijalan menjadi tanda bahwa partai-partai, tidak bisa mengikut aturan dengan baik. masyarakat sekarang sudah pintar, informasi bisa diakses dimana aja,” jelasnya.
Enrich merasa bahwa politik yang masih menggunakan media baliho pada sisi jalan dan mengotori lingkungan nanntinya sangat tidak baik.
“sebagai orang awam, udah ngerasa lucu dengan iklim politik sekarang yang benar-benar dagelan. Fungsi baliho dan billboard dijalan kan kasarnya buat hiburan para pengendara, walaupun emang fungsi utama ya salah satu media promosi,” ujarnya.
Namun, dengan maraknya para calon memasangkan wajahnya melalui media tersebut, ia mengaku semakin tidak tertarik terhadap calon-calon tersebut.
Enrich, juga mengaku pernah hampir terkena bambu yang terpasang pada baliho di sisi jalan. Dan hal tersebut akan berakhir menjadi sampah yang tidak baik terhadap lingkungan.
“belom lagi spanduk, baliho yang kecil tapi kesannya malah nyampah. Saya pernah lagi naik motor di flyover karet, hampir kena bambu dari bendera partai, maksud saya ya sesuai prosedur aja gitu, waktu kampanye ya baru pasang,” ungkapnya.
Selain itu, Enrich mengatakan bahwa mereka yang menggunakan media promosi melalui baliho, malah akan menurunkan citranya.
“Jelas engga, menurut Saya, kampanye lebih berasa di medsos. Penggunaan baliho udah nggak bakal bisa bikin citra politisi bagus lagi dengan senyum yang di setting. Bahkan penggunaan kendaraan umum kaya angkot yang dijadiin media kampanye, sejujurnya malah bikin saya pribadi jadi makin gamau pilih orang kaya gitu” tandasnya.